CONTOH JURNAL TERBARU 2020 GRATIS
ANALISI METODE PEMBELAJARAN BAHASA ARAB PADA MADRASAH TSANAWIYAH PONDOK PESANTREN DDI KABALLANGAN KAB. PINRANG
Heppi
Sirajuddin*
Abstrak
Penelitian
ini bertujuan untuk mendeskripsikan metode yang dipergunakan dan hambatan-hambatan yang dihadapi guru bidang studi bahasa Arab di
Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren DDI Kaballangan Kab. Pinrang. Dalam
penelitian ini menggunakan metode penelitian Kualitatif karena bersifat deksriptif untuk mengelola
data, baik dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi sehingga mendapatkan diskripsi yang jelas tentang setiap peristiwa,
aktivitas kerja, konsep-konsep kerja maupun hal-hal lain yang terkait dengan
metode pembelajaran apa yang dipergunakan guru Madrasah Tsanawiyah Pondok
Pesantren DDI Kaballangan Kab. Pinrang.Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan, ternyata metode pembelajaran bahasa Arab yang dipergunakan guru
bidang studinya adalah metode qira’ah, metode terjemah, metode
menghafal, metode insya’/mengarang, dan metode imla’. Dari lima metode
pembelajaran bahasa Arab yang dipergunakan guru bahasa Arab di Madrasah
Tsanawiyah Pondok Pesantren DDI Kaballangan Kab. Pinrang berjalan dengan baik,
sekalipun masih memerlukan penyempurnaan karena terdapat beberapa hambatan yang
dihadapi baik guru bidang studi ataupun siswa seperti kurangnya perbendaharaan kata, kurangnya peran aktif orang tua, serta
minimalnya sarana dan prasarana penunjang.
Bahasa Arab mengalami kemajuan sejalan
dengan berjalannya waktu dan perkembangan zaman sebagai mana berkembangnya bahasa Arab di dunia sampai
saat ini. Bahkan bahasa Arab mempunyai perhatian khusus dari para pakar yaitu
ingin memasyarakatkan dan membudayakan bahasa Arab sebagai bahasa bertaraf
internasional, oleh karenanya pemerintah menjadikan program pengajaran bahasa
Arab sebagai mata pelajaran yang penting di lembaga pendidikan yang berciri
khas agama Islam maupun pendidikan umum lainnya (masuk kurikulum pendidikan)
termasuk Pondok Pesantren MTs. DDI Kaballangan Kab. Pinrang.
![]() |
*Mahasiswa Jurusan Sastra Asia Barat Fakultas Sastra Unhas
Metode pengajaran merupakan faktor
pendukung keberhasilan dalam pengajaran bahasa Arab. Berkenaan dengan itu,
dalam memilih metode yang dipertimbangkan yaitu tujuan yang ingin dicapai atas materi yang disampaikan oleh
pengajar. Ketepatan atau
tujuan yang akan dicapai dengan metode yang digunakan akan membawa
pada keberhasilan para siswa untuk memahami bahasa Arab dengan baik dan benar.
MTs DDI Kaballangan Pondok Pesanteren
Manahilil Ulum DDI Kaballangan, Kec. Duampanua, Kab. Pinrang ini memiliki
permasalahan dalam pengajaran pada bidang studi bahasa Arab. Hal ini disebabkan
karena adanya siswa lulusan Sekolah Dasar Negeri (SDN) yang menjadi siswa MTs.
DDI Kaballangan disatukan dalam satu kelas dengan lulusan Madrasah Ibtidaiyah
(MI), padahal kemampuan siswa dalam menyerap pelajaran bahasa Arab
berbeda-beda. Untuk itulah seorang guru harus benar-benar dapat memilih dan
menentukan metode pengajaran bahasa Arab yang tepat dan cocok diterapkan dalam
proses belajar mengajar di MTs DDI Kaballangan Kab. Pinrang, hal ini disebabkan materi pelajaran yang
disampaikan pada siswa tanpa memperhatikan pemakaian metode pembelajaran justru
akan mempersulit bagi guru dalam pencapaian tujuan yang maksimal dan tingkat
pemahaman siswa pun akan menurun.
Berdasarkan masalah yang dijelaskan di
atas, maka masalah pokok yang hendak dijawab dalam hal ini dirumuskan dalam
pertanyaan berikut:
1. Metode
apa yang dipergunakan oleh guru bidang studi bahasa Arab di MTs DDI Kaballangan
dalam pembelajaran bahasa Arab?
2. Hambatan-hambatan
apa yang dihadapi MTs DDI Kaballangan dalam pembelajaran bahasa Arab?
A. Metode Pembelajaran Bahasa Menurut Para Ahli
Dalam meningkatkan mutu pembelajaran bahasa Arab para siswa MTs
haruslah mempersiapkan diri dalam menjalani dan menerima metode apa yang
digunakan oleh setiap guru. Metode pembelajaran bahasa Arab banyak ragamnya,
baik yang bersifat tradisional maupun yang bersifat modern. Keberhasilan
pembelajaran bahasa Arab juga tergantung bagaimana guru memilih metode yang
tepat dalam pengajarannya. Mungkin saja guru perlu melakukan perubahan atau
pergantian metode dalam proses belajar mengajar sejalan dengan perubahan sikap
dan minat siswa terhadap materi yang disampaikan, sabab metode mempunyai
kedudukan yang sangat penting untuk mencapai sebuah tujuan yang maksimal dalam
pembelajaran bahasa Arab.
Effendy (2004: 6) mengenai metode
pembelajaran bahwa, “Metode merupakan rencana menyeluruh penyajian bahasa
secara sistematis berdasarkan pendekatan yang ditentukan. Metode dianggap
sebagai seni dalam mentransfer ilmu pengetahuan atau materi pelajaran kepada
siswa dan dianggap lebih signifikan dari aspek materi sendiri”. Sehingga bisa
dikatakan bahwa metode berfungsi sebagai suatu jalan yang dilalui untuk
mencapai suatu tujuan pembelajaran yang efektif. Jika demikan halnya, maka
metode itu harus ada pada setiap proses belajar mengajar yang dilakukan oleh
seorang guru atau tenaga pengajar.
Berdasarkan dari
konsep di atas tentang metode pengajaran, maka keberadaan sebuah metode dalam
proses belajar mengajar sangat penting. Menurut Yunus (1984) bahwa, “metode itu
lebih penting dari materi”. Pernyataan ini perlu direnungi bahwa penguasaan
materi ilmu merupakan suatu jaminan kemampuan bagi seseorang guru untuk
mengajarkan ilmu tersebut kepada siswa.
Keunggulan suatu metode dalam
pembelajaran dipengaruhi oleh banyak faktor.
Menurut Usman (2002), bahwa setidaknya ada lima faktor yang harus
dipertimbangkan sebelum seorang pendidik (guru)menetapkan suatu metode yang
akan digunakannya dalam proses belajar mengajar:
· Pertama,
tujuan. Setiap topik pembahasan memiliki tujuan secara rinci dan spesifik
sehingga dapat dipilih metode yang tepat, yang sesuai dengan pembahasan
sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.
·
Kedua,
karakteritik
siswa. Adanya karakteristik siswa baik sosial, kecerdasan, watak dan lainnya
harus menjadi pertimbangan tenaga pengajar dalam memilih metode yang terbaik
digunakan.
· Ketiga, situasi dan kondisi (setting). Tingkat
lembaga pendidikan, geografis, dan sosiokultural juga harus menjadi
pertimbangan seorang tenaga pengajar dalam menetapkan metode yang akan
digunakannya.
· Keempat,
perbedaan
pribadi dan kemampuan guru. Seorang tenaga pengajar yang telah terlatih bicara
disertai dengan gaya, mimik, gerak, irama, dan tekanan suara akan lebih
berhasil jika memakai metode ceramah dibanding tenaga pengajar yang kurang
mempunyai kemampuan tersebut.
· Kelima,
sarana
dan prasarana. Ketersediaan sarana dan prasarana yang berbeda antara satu
lembaga pendidikan dengan lainnya, harus menjadi pertimbangan seorang tenaga
pengajar dalam memilih metode yang akan digunakannya”.
Selain
metode pengajaran di atas. Mujib
(2010: 101-104) berpendapat bahwa metode belajar bahasa Arab berbasis Al-Qur’an
sangat membantu siswa dalam mencerna pelajaran bahasa Arab dengan baik, sebab
metode pembelajaran bahasa Arab ini menekankan bahwa pentingnya memahami bahasa
Arab dalam proses belajar mengajar dengan alat bantu Al-Qur’an. Caranya adalah
dengan membahas masalah kebahasaan secara toeritik-praktis dengan menjadikan
Al-Qur’an sebagai dasarnya.
a.
Metode
Amtsal (perumpamaan)
Yang
dimaksud dengan metode Amtsal adalah mengumpamakan sesuatu yang abstrak
dengan hal yang lain yang lebih konkrit untuk mencapai tujuan dan atau
mengambil manfaat dari perumpamaan tersebut. Atau menampilkan makna yang hidup
di dalam pikiran dengan cara menyerupakan sesuatu yang gaib dengan yang hadir.
b.
Metode
Pelajaran Nasihat (Ibrah Mau’izah)
Metode
Mau’izah adalah suatu cara penyampaian materi pelajaran melalui tutur
kata yang berisi nasihat dan peringatan tentang baik buruknya sesuatu. Metode Ibrah
mempunyai tujuan menumbuhkan perasaan tauhid, mengantar pendengar pada suatu keputusan berpikir, mengarahkan dan mendidik
perasaan ketuhanan, mengokohkan akidah.
c.
Metode
kisah Al-Qur’an
Al-Qur’an
sebagai rujukan utama manusia dalam memuat hukum dan ajaran-ajaran tertentu,
juga memuat cerita kejadian masa lalu, peristiwa yang terjadi dan dilewati
umat-umat terdahulu, sejarah bangsa-bangsa, golongan suku, ras dan peninggalan
jejak serta artefak-artefaknya.
d.
Metode
Uswatun Hasanah
Metode
ini menjadi unsur yang memegang peranan penting dalam keberhasilan suatu
pendidikan. Allah menjadikan suri teladan pada diri Nabi Muhammad saw. Agar ummatnya meniru sesuai dengan
kemampuanya. Jika siswa mempunyai guru sebagai sosok yang patut diteladani,
maka menjadi sebuah kewajiban seorang guru untuk melakukan hal-hal yang terpuji
supaya siswanya mampu meniru sosok yang mereka teladani.
e.
Metode
Berfikir Reflektif
Metode ini mengkaji
pengalaman batiniah, pengalaman hidup di balik teks dan pengalaman yang lahir
darinya sehingga dapat ditakwilkan dengan merekonstruksi pengalaman yang sama
dan memahami teks dengan berangkat dari pengalaman itu. Memandang secara padu
segala sesuatu, dalam potensi teoritis praktis manusia (bahasa, pemikiran,
perkataan, perbuatan, penalaran dan intuisi, subjektivitas dan objektivitas
serta keakuan dan keoranglainan).
B.
Pengertian Bahasa Arab
Al-Ghalayini memberi definisi bahasa Arab sebagai
berikut:
اَللُّغَةُ
الْعَرَبِيَةُ هِيَ الْكَلِمَاتُ الَّتِي يَعْبِرُ بِهَا الْعَرَبِ عَنْ اَعْرَاضِهِمْ.
Artinya
:“Bahasa Arab adalah ungkapan yang dipergunakan
oleh bangsa Arab untuk menyatakan maksud dan tujuan mereka”
(Mustafa Al-Ghalayini, 1978).
Berkaitan
dengan pengertian di atas bahwa, pengajaran bahasa Arab adalah suatu proses
belajar mengajar yang berfungsi membimbing mendorong, mengembangkan dan membina
kemampuan bahasa Arab, baik aktif maupun pasif serta menumbuhkan sikap positif
terhadap bahasa Arab dalam hal ini bahasa Arab Fusha.
1.
Problematika Pembelajaran Bahasa Arab
Problematika pengajaran bahasa Arab
sebagai bahasa asing memang tidak sedikit mulai persoalan linguistik (ilmu
bahasa) sampai persoalan non linguistik.
a.
Faktor
Linguistik.
Menurut Syakur (2010: 69-70) Permasalahan
linguistik merupakan kesulitan yang dihadapi siswa ketika mempelajari
unsur-unsur bahasa tujuan. Kesulitan itu muncul karena apa yang terdapat pada bahasa kedua agak
berbeda dengan apa yang ada pada bahasa pertamanya, baik pada tataran bunyi, kata, struktur, arti, dan
tulisan.
b.
Faktor
Non Linguistik.
Diantara
persoalan Non Linguistik yang sangat penting dan perlu diungkapkan adalah yang
bersifat politis, psikologis, metodologis, kesemuanya akan dibahas sebagai
berikut:
·
Posisi marjinal
bahasa Arab
·
Rendahnya
motivasi dan minat terhadap bahasa Arab
·
Permasalahan
metodologis
2.
Alternatif Pemecahan Problematika Pengajaran Bahasa Arab
Berdasarkan faktor yang menimbulkan
problematika dalam pengajaran bahasa Arab yang telah dipaparkan sebulumnya,
maka bahasa Arab dengan sendirinya termasuk ke dalam salah satu bahasa yang
sulit dipelajari dan dipahami maksudnya. Di samping itu juga bahasa Arab
memiliki kekayaan dalam arti atau kekayaan lafadz, kadang-kadang satu lafadz
mempunyai banyak arti, hal semacam ini menimbulkan kesukaran dalam mempelajari
bahasa Arab. Sehingga pelajaran bahasa Arab tersebut belum mendapatkan hasil
yang optimal.
Adapun alternatif pemecahan dalam
mengatasi problematika tersebut adalah sebagai berikut:
a. Faktor
Linguistik.
Untuk mengatasi kesulitan yang timbul karena
perbedaan antara bahasa Arab dengan bahasa sehari-hari dalam sistem bunyi,
perubahan bentuk kata yang bersifat sima’I (iriguler) struktur kalimat (I’rab)
dan kosakata yang telah diuraikan di atas. Uno Hamzah (2007 : 94) menggolongkan
beberapa poin yaitu:
·
Pertama.
Perlu
metode yang memberi perhatian yang besar pada latihan-latihan pola kalimat/kata
secara intersif,
·
Kedua,
Untuk mengatasi kesulitan yang menyangkut I’rab (struktur kalimat)
hendaknya guru melatih mematikan huruf-huruf akhir kalimat.
·
Ketiga,
Perlu penyederhanaan terutama dari segi nahwiyah yang selama ini
mengesankan terlalu rumit.
·
Keempat,
Guru memberikan Nahwu/Qawaid secara beransur-ansur atau secara
insidentil.
·
Kelima,
Perlu mempunyai penilaian tentang kosa kata yang tinggi frekuensinya yang
terdapat dalam buku-buku agama.
·
Keenam,
Memilih
faktor kalimat Arab yang banyak dipakai (kalimat al-musta’malah).
b. Faktor
Non Linguistik.
Untuk
mengatasi faktor ini sebaiknya guru membimbing siswa kearah pengenalan dan
pengamalan di mana kegiatan belajar itu dapat berlangsung, memberikan kepada
siswa itu kekuatan dan aktivitas serta memberikan kepadanya kewaspadaan yang
memadai.
Demikian
dari beberapa langkah-langkah alternatif pemecahan problematika pengajaran
bahasa Arab, langkah-langkah tersebut dapat membantu dan menguntungkan dalam
pelaksanaan pengajaran bahasa Arab di MTs DDI Kaballangan.
C. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan
metode pendekatan kualitatif. Maka dari itu penulis mengkaji setiap aktifitas
kerja, konsep-konsep kerja maupun hal-hal lain yang berhubungan dengan
pendekatan pembelajaran bahasa Arab di MTs DDI Kaballangan yang akan diteliti
dan dideskripsikan dengan secara mendetail.
penelitian yang menggunakan latar belakang alamiah, dengan maksud
menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan metode yang
ada. Melihat hal tersebut, maka peneliti menggunakan pendekatan kualitatif sebagai metode penelitian ini
dengan harapan akan mendapatkan deskripsi yang jelas sesuai dengan fakta yang
ada dan bukan rekaan semata.
D. Pondok Pesantren Manahilil Ulum DDI Kaballangan Kab. Pinrang
Pesantren DDI Kaballangan kecamatan Duampanua Kabupaten Pinrang, merupakan lembaga pendidikan formal/sekolah yang dibina oleh Yayasan Darud
Da’wah wal Irsyad yaitu salah satu yayasan pendidikan tertua di Sulawesi
Selatan yang berpusat di Kaballangan Kabupaten Pinrang. Dengan demikian, status pesantren DDI Kaballangan tersebut adalah
swasta, dalam arti bahwa penyelenggaraan pesantren tersebut dikelolah oleh
masyarakat melalui yayasan DDI.
Eksistensi pondok pesantren DDI Kaballangan sebagai lembaga
Pendidikan formal/sekolah membina 3 jenjang pendidikan, yaitu pendidikan dasar pada
satuan pendidikan Madrasah Tsanawiyah (MTs), Madrasah Aliyah (MA) dan (SMK),
selain itu di pesantren tersebut terdapat Taman Kanak-kanak (RA). Sebagaimana
telah dikemukakan oleh salah seorang
pembina pesantren DDI Kaballangan yaitu Bapak Abd. Hamid, S.Pd.I, bahwa
“Pesantren DDI Kaballangan diresmikan tahun 1978 oleh Menteri Agama RI Alamsyah
Ratu Perwiranegara. Pesantren DDI Kaballangan merupakan salah satu di antara
beberapa pesantren yang dibina oleh yayasan DDI Pinrang, seperti Pesantren DDI
Patobong, Pesantren DDI Pacongan, dan Pesantren DDI Benteng Sawitto Pinrang”.
(Wawancara tanggal 27 Februari 2012).
E. Keadaan Santri Pondok Pesantren DDI Kaballangan Kab. Pinrang
Saat ini Pondok Pesantren Manahilil Ulum DDI Kaballangan mengelola
5 (lima) buah lembaga pendidikan formal yaitu tingkat : TK ISLAM (RA) dengan
jumlah santri 27 orang, Madrasah Ibtidaiyah (MI) dengan jumlah santri 68 orang,
Madrasah Tsanawiyah (MTs) dengan jumlah santri 117 orang, Madrasah Aliyah (MA)dengan
jumlah santri 64 orang, dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan jumlah
santri 46 orang. Jumlah keseluruhan 320 orang santri dan rata-rata memiliki 2-3
tenaga administrasi.
F. Kegiatan Pondok Pesantren DDI Kaballangan Kab. Pinrang
Selain menyelenggarakan pendidikan formal yang meliputi Taman
Kanak-Kanak (TK/RA) Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs),
Madrasah Aliyah (MA) dan SMK Pondok Pesantren DDI Kaballangan juga mengadakan
kegiatan ekstrakurikurer dan Madrasah Diniyah.
1. Kegiatan Pendidikan Keterampilan
·
Bidang
pertanian; meliputi: a). Pelatihan pengendalian hama dan penyakit tanaman padi
bekerjasama dengan dinas pertanian Kecamatan Duampanua. b).
Pembibitan padi dan salak bekerjasama
dengan masyarakat
Kaballangan yang bergerak dibidang
pertanian.
·
Pelatihan
manajemen perkantoran/administrasi bagi tenaga
administrasi pengurus (khususnya siswa SMK) bekerjasama
dengan BLK Kabupaten Pinrang.
·
Keterampilan
menjahit, tata boga, perbengkelan yang dibimbing oleh guru keterampilan,
Qiroatul Qur’an serta Tahfizul Qur’an yang dibimbing oleh guru yang sesuai
dengan bidangnya.
·
Keterampilan
komputer (sementara ini dikhususkan pada tingkat Madrasah Aliyah dan SMK)
yang dibimbing tenaga pendidik yang sesuai bidangnya dan didukung oleh perangkat
komputer sejumlah 25 unit.
2. Kegiatan Da’wah
Selain melalui
Majlis Ta’lim guna meningkatkan syiar Islam serta pengetahuan ummat tentang
agama, juga menyelenggarakan beberapa kegiatan khusus seperti : melaksanakan kegiatan pengajian
di Masjid, penataran ilmu-ilmu agama, dan kegiatan rutin para siswa Pondok Pesantren DDI
Kaballangan yaitu Trainning Da’wah pada malam jum’at, tujuannya untuk melatih
siswa dalam berda’wah, baik MTs, MA maupun siswa SMK, sehingga sebelum keluar
berda’wah kepada masyarakat siswa sudah terlatih lebih dahulu.
3. Kegiatan Kesehatan
Dalam upaya
meningkatkan derajad kesehatan khususnya bagi para santri dan masyarakat pada
umumnya, Pondok Pesantren bekerja sama dengan Dinas Kesehatan (Puskesmas
setempat) menyelenggarakan pelayanan Pos Kesehatan Pesantren (POSKESTREN).
Dengan adanya POSKESTREN ini, maka pelayanan kesehatan terhadap siswa/masyarakat
dilakukan di Pondok Pesantren tanpa harus pergi ke puskesmas yang letaknya agak
jauh dari Pondok Pesantren.
G. Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren DDI Kaballangan Kab.
Pinrang
MTs. DDI Kaballangan terletak di Kaballangan,
Jl. Poros
Pinrang-Polman Km 15, desa Kaballangan Kecamatan Duampanua
Kabupaten Pinrang. MTs. DDI Kaballanga didirikan pada tahun 1978 berdasarkan
Surat Keputusan Kanwil Depag Sulawesi Selatan
Nomor Akte Pendirian Yayasan PB/B-II/20/XI/1978.
MTs DDI Kaballangan merupakan sekolah
yang memiliki fasilitas gedung atau sarana dan prasarana yang cukup memadai,
akan tetapi media dalam proses belajara mengajara pada bidang studi bahasa Arab
belum terlaksana dengan apa yang diharapkan, sebab tenaga pengajar bahasa Aran
pada MTs tersebut belum pernah di adakan pelatihan menggunakan multimedia
pembelajaran. Dengan jumlah siswa MTs DDI Kaballangan 117 orang dan 2 orang
tenaga pengajar, tidak bisa menajamin keberhasilan dalam mencapai tujuan
pembelajaran secara optimal.
H. Metode
yang dipergunakan di Pondok Pesantren MTs. DDI Kaballangan Kab. Pinrang dalam
pengajaran Bahasa Arab
Dalam
pelaksanaan pengajaran bahasa Arab di MTs. DDI Kaballangan dapat disimpulkan
bahwa dalam pelaksanaanya guru cenderung menggunakan metode yang disebut dengan
metode gramatika yang didasarkan atas dasar penggunaan kaidah-kaidah tata
bahasa. Dengan kata lain, menitik beratkan pada struktur kalimat, metode
terjemahan, metode qira’ah, metode menghafal yang diwajibkan seluruh siswa
menghafal 7 kosa kata setiap memulai pembelajaran, hal ini bertujuan untuk
memperbanyak perbendaharaan kosa kata siswa, dan metode campuran.
Menurut keterangan
Ustadz H. Abdul Wahab, Lc tentang metode yang digunakan dalam pengajaran bahasa
Arab di MTs. DDI Kaballangan adalah sebagai berikut :
1.
Metode Qira’ah
Dimana seorang
guru sebelum memulai pelajaran dalam mengajar. Terlebih dahulu memberikan pengenalan
dulu kepada siswa cara membaca yang tepat. Sehingga siswa akan mampu nantinya
membaca kata perkata dengan tepat dan fasih. Serta untuk melatih kefokalan anak
didik dalam membaca.
2.
Metode Terjemah
Dimana seorang
pengajar lebih dulu mengajarkan atau menterjemahkan bahasa tersebut kata
perkata. Sehingga siswa akan mengerti dan memahami arti dari bahasa tersebut
dan mudah untuk dihafal serta dimuhadasahkan.
3.
Metode Menghafal
Seorang guru
mengharuskan kepada siswa untuk menghafal mupradat sebanyak-banyaknya sehingga
dengan banyaknya mufradat yang dihafal akan memudahkan dan melancarkan siswa
dalam bercakap-cakap dengan menggunakan bahasa Arab.
4.
Mengarang/Insya’
Metode insya’/mengarang
adalah metode yang memberikan pemahaman terhadap siswa tentang cara-cara
membuat kalimat bahasa Arab dengan memperhatikan kaidah qawaid yang benar,
sehingga siswa mampu membuat kalimat bahasa Arab dengan baik dan benar. Metode
ini bertujuan untuk melatih sejauh mana seorang siswa sudah mampu menulis serta
mengarang dengan menggunakan bahasa Arab. Serta mengalami kemampuan siswa dalam
menguasai qawaid. Baik susunan kalimatnya atau sambungan tulisannya.
5.
Metode Imla’
Dimana metode
ini guru sekedar membacakan atau mendektekan. Baik itu cerita maupun kalimat
yang menggunakan Bahasa Arab. Memulaikan mencatat apa yang mereka dengar.
Sehingga dengan demikian siswa akan terlatih untuk mampu dalam pendengaran dan
penulisan.
Menurut Baso (2004) dalam jurnalnya yang berjudul (penggunaan multimedia
interaktif dalam pembelajaran bahasa Arab) bahwa metode pembelajaran
konvensional beberapa waktu lalu sering digunakan oleh tenaga pengajar bahasa
Arab, namun saat ini berubah menjadi metode ICT (Information and
Communication Technology) yang mengedepankan penggunaan pembelajaran
digital. Dulu para guru menggunaka paper, sekarang guru sudah menggunakan
paperless, penerapan metode pembelajaran sebelumnya guru sebagai sumber ilmu
kepada siswa, sekarang sumber ilmu bukan lagi hanya guru, akan tetapi media
seperti dunia maya (internet), CD-rom dan teknologi lainnya bisa menjadi sumber
ilmu para siswa, bahkan sebagaian diantara guru menjadi pembelajar yang aktif
pada media tertentu.
I. Hambatan-hambatan yang dihadapi MTs. DDI Kaballangan dalam
pengajaran bahasa Arab dan solusinya
1. Hambatan
Ustadz
H. Abdul Wahab, Lc selaku guru bidang studi bahasa Arab di MTs. DDI Kaballangan
menyatakan bahwa: yang menjadi hambatan dalam mengajarkan Bahasa Arab adalah
kurangnya minat siswa terhadap pelajaran bahasa Arab dan disebabkan dari latar
belakang Sekolah Dasar yang sebelumnya belum sama sekali belum belajar Bahasa
Arab, sehingga kurangnya perbendaharaan kata (mufradat) yang dimiliki siswa,
dan belum mengetahui kaedah-kaedah (tata bahasa) hingga terdapat perbedaan tingkat
pemahaman antara siswa, tidak ada yang menunjang pemahamannya terhadap
pelajaran Bahasa Arab.
Menurut
kepala sekolah Ustadz Sulaeman, S.Pd
menyatakan bahwa hambatan dalam pengajaran bidang studi bahasa Arab di MTs. DDI Kaballangan adalah disebabkan karena
belum adanya tugas khusus para siswa untuk diwajibkan berbahasa Arab diwaktu
tertentu (hari bahasa) agar terciptanya lingkungan bahasa, belum adanya
fasilitas pengajaran bahasa praga (media) dalam pengajaran Bahasa Arab yang
memadai antara lain alat peraga komputer dalam pengajaran Bahasa Arab dan
lain-lain (Ustadz Abdul Wahab, Lc Guru Bahasa Arab MTs. DDI Kaballangan,
wawancara 26 Maret 2012).
Berkaitan
dengan hambatan yang dihadapi dalam pengajaran bahasa Arab di MTs. DDI
Kaballangan juga diungkapkan oleh siswa yang menjadi responden peneliti, Adapun
beberapa hambatan dari hasil wawancara dengan responden (siswa) di MTS. DDI
Kaballangan adalah sebagagai berikut:
·
Bahasa
Arab mempunyai cabang ilmu yang banyak seperti Nahwu, Sharaf, Balaghah dan Ma’ani.
·
kaidah-kaidah
Bahasa Arab yang susah dimengerti
·
Belum
menguasai tata Bahasa Arab (Qawa’id)
·
Tidak
adanya tercipta lingkungan berbahasa di sekolah maupun di asrama, sehingga
mufradat yang saya kuasai tidak berkembang.
·
kurangnya
mufradat yang dimiliki.
·
Tidak
adanya alat praga multimedia yang di gunakan oleh tenaga pengara
2.
Solusi
Berkaitan
dengan hambatan-hambatan yang dihadapi MTs. DDI Kaballangan Kab. Pinrang dalam
pengajaran Bahasa Arab, Ustadz Abdul Wahab, Lc selaku Guru Bahasa Arab
melakukan solusi pemecahan sebagai
berikut:
·
Mengadakan penyederhanaan terhadap pengajaran Bahasa Arab terutama
kaedah-kaedah Nahwiyah yang selama ini menyulitkan siswa dalam mempelajari
Bahasa Arab.
·
Menambahkan perbendaharaan
kata (mufradat) kepada siswa tiap jam pelajaran.
·
Menciptakan
lingkungan berbahasa Arab di dalam kelas minimal 15 sampai 20 menit untuk
memotivasi siswa dalam mempelajari Bahasa Arab
·
Menciptakan
lingkungan hari bahasa (berbahasa Arab) pada hari tertentu sihingga siswa
terlatih dalam berbahasa Arab sesama siswa
·
Berupaya
dan berusaha menambah sarana dan prasarana terutama alat peraga media agar
pembinaan pengajaran Bahasa Arab yang optimal.
·
Berupaya
dan berusaha mengadakan tenaga pengajar yang bisa mengoperasikan pembelajaran
bahasa Arab dengan menggunakan media.
J. Kesimpulan
Berdasarkan
dari pembahasan pada bab sebelumnya, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa:
1.
Metode Pembelajaran Bahasa
Arab yang dipergunakan MTs DDI Kaballangan Kab. Pinrang adalah : Metode Qiro’ah,
Metode Terjemah, Metode Menghafal, Metode Insya’/Mengarang, Metode Imla’
2.
Hambatan Pengajaran Bahasa
Arab di MTS. DDI Kaballangan Kab. Pinrang adalah :
a.
Kurangnya
minat siswa terhadapa bahasa Arab.
b.
Kurangnya
kemampuan dasar berbahasa Arab yang dimiliki siswa disebabkan latar belakang
pendidikan yang beragam.
c.
Tidak
tersedianya alat bantu (media) pemebelajaran Bahasa Arab di lingkungan sekolah
atau di lingkungan asrama.
d.
Kurangnya
waktu yang tersedia untuk belajar Bahasa Arab.
3. Alternatif yang dilakukan dalam pemecahan
bamhatan tersebut adalah:
a.
Guru selalu memberikan tugas menghafal kosa
kata Bahasa Arab (mufradat) kepada siswa tiap pertemuan minimal 7 kata.
b.
guru Bahasa Arab selalu mengadakan
penyederhanaan terhadap pengajaran Bahasa Arab terutama kaedah-kaedah Nahwiyah
yang selama ini menyulitkan siswa dalam mempelajari Bahasa Arab.
c.
Guru selalu menciptakan lingkungan berbahasa
Arab di dalam kelas minimal 15 sampai 20 menit untuk memotivasi siswa dalam
mempelajari Bahasa Arab.
d.
Pihak madrasah selalu berupaya dan berusaha
menambah sarana dan prasarana terutama alat peraga agar pembinaan pengajaran
Bahasa Arab yang optimal.
e.
Pihak pimpinan lembaga (Kepala Madrasah) selalu
berupaya dan berusaha mengadakan pengadaan tenaga pengajar sesuai dengan latar
belakang pendidikan.
K. Bahan Bacaan
Arsyad, Azhar. 2010. Bahasa Arab dan
Metode Pengajarannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Baso, Yusring Sanusi. “Penggunaan
Multimedia Interaktif dalam Pembelajaran Bahasa Aran” Nady Al-Adab (2004).http://www.unhas.ac.id/sastra-arab.prodak.jurnal/pdf.
(diakses pada 24 April 2012).
Effendi, Ahmad
Fuad. 2004. Metodologi Pengajaran Bahasa Arab. Malang: Misykat.
Al-ghalani, Syekh Mustafa, 1994. Jami’uddurus al-arabiyah, Cet
XXIX. Beirut. Metode Pengajaran Bahasa Arab Bagi Lulusan SD.
Skripsi Sarjana. Kediri: Program S1 STIT NH Kediri..
Mujib, Fathul. 2010. Rekonstruksi
Pendidikan Bahasa Arab. Yogyakarta : Pedagogia.
Rusman. 2011. Model-model
Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, Cet IV. Jakarta: Raja
Grapindo Persada.
Syakur, Nazri.
2010. Revolusi Metode Pembelajaran Bahasa Arab. Yogyakarta:Pedagogia.
Uno, Hamzah B.
2007. Model pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Usman, M Basyiruddin. 2002. Metodologi
Pembelajaran Agama Islam. . Al Ma’arif: Jurnal Metode
Pembelajaran Bahasa Arab
0 Response to "CONTOH JURNAL TERBARU 2020 GRATIS"
Posting Komentar